Senin, 13 Mei 2013

BATIK GUMELEM

Batik Gumelem Sentuhan Khas Budaya Banjarnegara

Gambar; Banjarnegara
Banjarnegara Jawa Tengah tidak hanya terkenal karena ada petinju kelas dunia Chris John, dataran tinggi Dieng, minuman segar tradisional Dawet Ayu ataupun Salak Pondoh. Banjarnegara juga mulai dikenal masyarakat luas karena seni kerajinan batiknya.
Kata "batik" berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: "amba", yang bermakna melebar/menulis dan "titik" yang bermakna titik. Pengetahuan tentang batik secara umum bisa dibaca di Wikipedia.


Gambar Ceremende
Tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO telah menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). Sejak itulah tanggal 2 Oktober dijadikan sebagai Hari Batik Nasional. Indonesia selama ini menempati peringkat ke-39 sedunia dalam "World Cultural Heritage" menurut World Economic Forum (WEF). Sudah sepantasnya kita sebagai rakyat Indonesia merasa sangat bangga dengan batik dan tidak ada salahnya mulai sekarang mengenakan batik dari Banjarnegara sebagai pakaian kebanggaan bersama.


Gambar Banjarnegara
Banjarnegara saat ini sudah menjadi sentra penghasil batik di Indonesia. Pusatnya ada di desa Gumelem kecamatan Susukan, yang berbatasan dengan Banyumas. Batik Gumelem memang belum setenar batik Jogja, Solo, Pekalongan maupun Banyumas. Namun Batik Gumelem punya ciri khas asli batik tulis yang masih berdasarkan pakem. Batik Gumelem cenderung berwarna sogan (cokelat), hitam, dan kuning, serta bermotif bunga, kawung, dan parang.


Gambar Griyawisata
Hingga kini belum ada penelitian khusus mengenai sejarah Batik Gumelem. Ada banyak versi yang mengisahkan perjuangan hidup Batik Gumelem.
Sejarah Batik Gumelem juga terkait dengan sejarah Batik Banyumas yang berpusat di Sokaraja (abad ke-15).
Sejak Perang Diponegoro tahun 1830, saat Pangeran Puger mengungsi ke Banyumas yang diikuti oleh para punggawa, budayawan, dan juga seniman. Seorang pengikut yang terkenal waktu itu adalah Najendra. yang mengembangkan batik celup Sokaraja. Di tempat baru tersebut, mereka mulai mengembangkan seni kerajinan batik dengan coraknya masing-masing. Salah satunya munculah Batik Gumelem.


Gumelem Community
Masa keemasan Batik Gumelem mulai pudar seiring dengan lunturnya jaman kademangan yang merupakan tanah perdikan (bebas pajak) di bawah pengaruh Kasunanan Surakarta.Status dan wilayah Kademangan berubah karena Surakarta dilanda krisis politik dan pemerintahan (sekitar tahun 1965). Status kademangan Gumelem menjadi desa praja. Wilayah Gumelem dibagi dua menjadi Gumelem Wetan dan Gumelem Kulon.
Keterkaitan dengan sejarah Batik Banyumas menjadikan Batik Gumelem punya kesamaan dengan Batik Banyumas. Seperti motif Kawung, di Gumelem menjadi Kawung Ceplokan, Jahe Serimpang, Godong Lumbu, Pring Sedapur dan sebagainya. Batik Gumelem juga tidak meninggalkan corak batik klasik Sidomukti dan Sidoluhur khas kraton. 


Gambar; Antara
Pusatnya Batik Gumelem ada di Dukuh Dagaran dan Karangpace (Gumelem Wetan) dan Dukuh Ketandan, Beji dan Kauman (Gumelem Kulon). 
Motif Batik Gumelem pun terbagi dalam dua corak, yaitu klasik dan kontemporer. 
Corak klasik antara lain; Pring Sedapur, Gajah Uling, Sungai Serayu, Udan Liris, Rujak Senthe, Jahe Serimpang, Sido Mukti, Grinting, Galaran, Buntelan, Sidoluhur, Ukir Udar, Sekar Jagad, Gabah Wutah, Blaburan, Parang Angkrik, Parang Angkrik Seling, Kopi Pecah. Pada motif kontemporer sudah sedikit banyak perbedaan dengan batik banyumas. 
Motif kontemporer lebih variatif demi mengakomodir kekhasan Banjarnegara. Penggunaan warna yang lebih berani seperti hijau, merah, biru dan warna-warna lain sesuai keinginan, dikerjakan oleh pembatik-pembatik muda, corak relatif jarang-jarang dan besar-besar, satu muka atau dituangkan hanya satu sisi kain, dan dapat disesuaikan dengan pesanan, baik waktu pengerjaan, warna maupun harga. Contoh Corak Kontemporer: Sawung Alit, Lumbu Pari, Kawung Ceplokan, Kantil Rinonce, Sekar Tirta, Pilih Tanding, Salak Raja, Sekar Kinasih.


Gambar; Batik Gumelem
Sudah sekitar 3 tahunan, Batik Gumelem kembali bangkit. Didukung dengan kebijakan pemerintah daerah yang mewajibkan Pegawai Negeri Sipil mengenakan batik setiap hari Rabu, Jumat dan Sabtu.
Saat ini ada sekitar 24 perajin batik asli Gumelem yang begitu tekun menjaga warisan budaya Nusantara. Sebagian besar ada di Dusun Dagaran, Desa Gumelem Wetan, Kecamatan Susukan, Banjarnegara.
Corak batik tulis Gumelem sekarang sudah beragam, seperti; Seruling Mas, Cendol Salak, Cendol Wutah, Dawet Ayu, Salak Tanjung, dan Candi Kusuma.
(Sumber; Banjarnegara, Girilangan dan berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar